Lampura,sinarpagiindonesia.com – Kelangkaan minyak goreng (migor) di Kabupaten Lampung Utara menyulitkan warga untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka, bahkan terkadang warga harus mengantri berjam-jam untuk membeli migor dengan harga mencapai Rp 40 ribu per liter.
Pemkab Lampura melalui Dinas Perdagangan mengelar operasi pasar dalam rangka meringankan beban masyarakat dengan operasi pasar terkait kelangkaan minyak goreng dan harga yang cukup tinggi tersebut dengan tiga lokasi berbeda yaitu Kantor Dinas Perdagangan Lampura, Pasar Dekon dan Pasar Central.
“Ini langkah Pemkab Lampura melalui Dinas Perdagangan dengan harapan ketika tersedianya minyak goreng nanti masyarakat dapat membeli dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang diatur oleh pemerintah, namun karena antusiasme masyarakat terlalu besar memicu kerumunan” jelas Hendri selaku Kadis Perdagangan Lampura, Senin (21/02/2022).
Dirinya juga mengatakan bahwa operasi pasar di Pasar Dekon dan Pasar Central terpaksa harus dihentikan karena khawatir terjadi penyebaran Covid-19.
“Jadi kami Dinas Perdagangan Lampura meminta maaf kepada masyarakat yang harus kecewa pulang tidak mendapatkan migor karena menimbulkan kerumunan maka Satgasus Kabupaten harus membubarkannya” imbuh Hendri.
Selain itu dijelaskan beberapa masyarakat menuding bahwa adanya minyak yang masih ditahan di kantor Dinas Perdagangan (Disdag) Lampura, Hendri mengatakan langkah itu diambil untuk membubarkan kerumunan warga.
“Rencananya memang ada stok 3.200 liter yang akan dibagikan dengan harga Rp 14 ribu per liter, namun karena situasi Pandemi Covid 19 kerumunan tidak dapat dikendalikan bahkan telah dibantu dari Polres Lampura maka operasi pasar dihentikan sambil dicarikan solusi penyaluran yang lebih baik lagi” ujar Hendri.
Ketika ditanya jadwal operasi pasar murah di kantor Disdag pukul 09.00 WIB namun dimulai pada pukul 08.30 WIB sehingga masyarakat merasa kecewa karena datang ke lokasi tidak kebagian, Hendri mengatakan hal itu dilakukan karena antrian masyarakat telah dimulai sejak pagi dan khawatir terjadi tumpukan massa.
“Tim operasi pasar juga kesulitan mengendalikan massa karena sejak pagi pukul 08.00 WIB masyarakat telah berkumpul dan memaksa untuk segera dimulai, bahkan terjadi aksi saling dorong dengan Sat Pol PP” tandas Hendri.Dalam pantauan seluruh awak media, operasi pasar tersebut dibanjiri oleh kaum ibu dengan jumlah mencapai ribuan dengan tanpa melaksanakan Protokol Kesehatan dan menimbulkan kerumunan dan sempat terjadi keributan karena Satgasus Kabupaten membubarkan antrian mereka.
“Gimana bang sudah dari pagi ngantri, malah dibubarkan padahal kami sangat berharap pulang membawa migor karena sudah keliling kemana-mana ngak ada” ujar Desi salah satu warga yang antri.(spi/biro/*)
No comment