Aceh Subulussalam, www.sinarpagiindonesia.com – Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kota Subulussalam melaksanakan Pelatihan Pengembangan Potensi Desa Wisata di Aula Pendopo Wali Kota Subulussalam. Kegiatan yang diikuti ratusan perangkat desa dari seluruh kecamatan se-Kota Subulussalam ini dibuka langsung oleh Wali Kota Subulussalam, H. Rasyid Bancin, atau yang akrab disapa HRB.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber berkompeten di bidang pariwisata dan budaya, antara lain Ketua HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) DPC Aceh Singkil Wanhar Lingga, SE, Ketua HPI DPD Aceh Muhazir, SE., M.Bus, serta Kabid Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Subulussalam, Zulkarnaen, ST.
Dalam sambutannya, Wali Kota HRB menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap inisiatif APDESI yang dinilainya sebagai langkah strategis dalam mendorong desa-desa di Subulussalam untuk menemukan potensi unggulan masing-masing.
“Saya memberikan apresiasi tinggi kepada APDESI dan mensupport Pengembangan desa wisata, hal itu bukan hanya memperindah desa, tapi juga membuka peluang ekonomi dan lapangan kerja baru bagi masyarakat,” ujar HRB.
Menariknya, dalam kesempatan yang sama, Wali Kota HRB juga menyinggung soal pembayaran tunggakan honor perangkat desa tahun anggaran 2024. Ia menyatakan komitmennya untuk membayarkan dua bulan dari tujuh bulan honor yang tertunda pada November atau awal Desember 2025.
Dalam sambutannya, HRB kembali mengulas potensi wisata religius berbasis sejarah tanaman kamper atau kapur barus yang menjadi ciri khas dan kebanggaan masyarakat Subulussalam. Ia mengaitkan hal itu dengan sejarah peradaban sejak abad ke-2 Masehi serta tokoh sufi besar asal Aceh Singkil, Syekh Hamzah Fansuri, yang karya-karyanya menjadi rujukan keilmuan di dunia Melayu.
“Kitab Asraarul Arifiin Fi Bayani Ilmis Suluk wat-Tauhid dan Syaraabul Asyiqin karya Hamzah Fansuri hingga kini masih dipelajari di berbagai universitas di Malaysia. Ini potensi wisata religi dan literasi yang luar biasa,” ungkap HRB.
Zulkarnaen, ST Kabid Pariwisata Disporapar Subulussalam yang juga dikenal sebagai pecinta alam, memaparkan bahwa potensi desa wisata di Subulussalam sangat besar, namun masih terkendala minimnya pemahaman masyarakat mengenai konsep pariwisata dan dampak ekonomi yang ditimbulkannya.
Seperti tanaman kamper atau kapur barus dapat dijadikan Wisata edukasi, ekowisata, wisata sejarah, dan agrowisata herbal.
Kuncinya adalah mengemasnya dengan cerita (storytelling) tentang sejarah, manfaat, dan keunikan aroma khasnya.
Ia menekankan bahwa dengan pengelolaan yang baik, tanaman kamper bisa menjadi daya tarik wisata sekaligus memperkenalkan Subulussalam ke dunia.
“Tanaman kamper atau kapur barus adalah tanaman endemik asli Subulussalam yang tidak ditemukan di daerah lain. Ini bisa menjadi objek wisata riset dan religi sekaligus,” kata Zul.
Sementara itu, Muhazir, SE., M.Bus menambahkan bahwa pengembangan desa wisata dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori antara lain seperti desa budaya, desa alam, dan desa kreatif, sesuai karakteristik dan potensi lokal masing-masing wilayah.
Ketua APDESI Kota Subulussalam Zulpan menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan wawasan masyarakat dan perangkat desa dalam mengelola potensi wisata secara mandiri dan berkelanjutan.
“Kami berharap pelatihan ini menjadi pintu awal bagi desa-desa di Subulussalam untuk lebih percaya diri menampilkan keunikan desanya,” ujarnya.
Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah kota, APDESI, dan masyarakat desa, kegiatan ini diharapkan menjadi tonggak awal dalam memajukan ekonomi berbasis wisata lokal, serta memperkuat identitas Subulussalam sebagai kota dengan kekayaan budaya, religi, dan alam yang khas.
(spi/saur)
No comment