Dairi,sinarpagiindonesia.com – Akibat Hutan yang terus menerus dirusak oleh oknum yang tak bertanggung jawab untuk memperkaya diri. Kabupaten akan terjadi krisis air bersih pada 15 tahun kedepan, hal ini agar menjadi perhatian semua pihak tentang pentingnya air bersih buat kehidupan manusia.
Dirut PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi, Wahlin Munte, SH ketika bincang bincang dengan SPI baru baru ini tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya tentang kondisi yang dimaksud.
Menurut penuturannya, ada 4 lokasi sumber air PDAM Tirta Nciho untuk dialirkan ke pelanggan di Sidikalang Kabupaten Dairi. Namun ironisnya kian hari mengalami penyusutan debit air yang signifikan.
Disebutkannya di empat sumber air PDAM Tirta Nciho, itu adalah Sitiotio, Lae Mbulan, Lae Nuaha, dan Cemberah, dan selama ini diandalkan untuk memenuhi air minum di Sidikalang.
Sumber mata air, Lae Cemberah terletak di si Cike Cike Parbuluan debit airnya 85 liter perdetik menyusut tajam 25 persen tinggal lebih kurang 60 liter per detik.
Hal yang sama juga di dua Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Tanah Pinem lebih parah lagi ungkapnya.
Sumber mata air PDAM Tigalingga di Bukit Karo dan Kecamatan Tanah Pinem sumber mata air dari Liren, disaat musim hujan sering terjadi tanah longsor sering merusak instalasi perpipaan dan jika musim kemarau aja 2 minggu sumber air akan kering.
“ ini akibat kelestarian hutan yang terus menerus dirusak dan dijadikan perladangan tanpa memikirkan resiko apa bakal terjadi kemudian hari terjadi” ujarnya
Ketika ditanyakan apa upaya yang dilakukan pihak PDAM dalam menghadapi kekurang debit air pada masa sekarang, khususnya pelanggan yang berada dikota Sidikalang?
Wahlin Mengatakan alternatifnya adalah melakukan giliran pasokan air kerumah pelanggan khususnya di lokasi seputara Perumnas Sidikalang.
“ daripada tidak dapat pasokan air bersih sama sekali, PDAM Tirta Nciho mengalirkan air ke pelanggan secara bergilir, hanya itu upaya karena memang debit mata air yang jauh semakin berkurang, ujarnya.
Ketika ditanyakan lagi alternatif mencari sumber mata air yang lebih besar lagi agar kebutuhan air bersih ke pelanggan terpenuhi.
Menurut Wahlin sudah ada ditemukaan di perbatasan Dairi dan Samosir namun membutuhkan anggaran sekitar 200 Miliar mengingat jaraknya yang jauh 40 km dari pipa pembagi milik PDAM Tirta Nciho, ujarnya.
Sudah kita ajukan beberapa tahun lalu ke Kementrian PUPR di Jakarta sudah disetujui namun karena Pandemi Covid 19 melanda jadi belum jelas sampai sekarang, ujarnya ( spi/ginting)
No comment