Oleh : Dr. Supardi, SH., MH, Kepala Kejaksaan Tinggi Riau, Als. Rd Mahmud Sirnadirasa.
Pekanbaru, www.sinarpagiindonesia.com – 10 April 2023,
بِسْمِ ه اللِّٰ الرَّحْمٰنِ بِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِِ اِِلرَّحِيْمِِ بِِسْمِِ اِللِِّٰ اِلرَّحْمٰنِِ اِلرَّحِيْمِِ بِِسْمِِ اِللِِّٰ وَالصَّلََةِ وَِالسَّلََ مِ عَِِلَى محَمَّ دِ وَِاٰلِهِِ مَِعَِ اِلتَّسْلِيْمِِ وَِبِهِِ نَِسْتَعِيْ نِفِِى تَِحْصِيْلِِ اِلْعِنَايَةِِ اِلْعَآمَّةِِ وِ اََلْهِدَايَةِِ اِلتَّآمَّةِ، آِمِيْنَِ يَِا رَِبَِِّ
الْعَالَمِيْنَِ
Bismillãhirrahmãnirrahîm Washshalãtu wassalãmu ‘alã Muhammadin wa ãlihî ma’at taslîmi wabihî nasta’înu fî tahshîlil ‘inãyatil ‘ãmmati wal-hidãyatit tãmmah, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn.
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kepadaNya kami memohon pertolongan dalam mencapai inayahNya yang umum dan petunjukNya yang sempurna, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn“.
Saudaraku yang dikasihi Allah SWT. Secara lughawi (bahasa), kata shalat merupakan serapan dalam bahasa Arab yang berasal dari kata kerja shallã – yushallî – shalãtan yang memiliki arti “do’a dalam kebaikan”. Arti “do’a dalam kebaikan” yang disematkan kepada kata “Shalat” dieksplorasi dari Surah At-Taubah ayat 103
: خذِْ مِِِنِْ أَِِمْوَِالِهِمِْ صَِِدَقَة تِِِ طَ ه ر همِْ وَِِت زَ كيهِمِْ بِِِهَا وَِِصَ لِ عَِِلَيْهِمِْ إِِِِۖنَِّ صَِِلََتَكَِ سَِِكَ نِ لَِِ همِْ وَِِاللِّٰ سَِِمِي عِِ
عَلِي مِ ۞ِِ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. At-Taubah [9]: 103) Dalam ayat tersebut, kata shalat dimaknai sebagai do’a. Pemaknaan shalat sebagai doa juga diperoleh dari perbuatan dan ucapan yang diadakan selama kegiatan shalat merupakan serangkaian doa.
Sementara itu, secara istilah, shalat diartikan oleh para ulama sebagai serangkaian ucapan dan gerakan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan gerakan salam. Gerakan takbir perlu didahului dengan niat dan memiliki persyaratan tertentu sebelum dilaksanakan.
Abu Hanifah menambahkan makna shalat ini dengan memberikan ciri umum gerakannya yaitu berdiri, rukuk dan sujud. Diriwayatkan dari Sayyidina Imran bin Husain Radhiyallahu ‘Anhuma, Rasulullah SAW bersabda,
مَنِْ لَِمِْ تَِنْهَهِ صَِلََت هِ عَِنِِ اِلْفَحْشَآءِِ وَِالْ منْكَرِ، فَِلََِ صَِِلََةَِ لَِهِ
“Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mencegahnya dari berbuat keji dan mungkar, itu bukanlah shalat (yang sempurna).” Dengan demikian, shalat merupakan sesuatu yang sangat berharga. Jika kita shalat dilakukan dengan cara yang benar, shalat itu akan membuahkan hasil yaitu akan mencegah kita dari hal-hal yang tidak patut, baik keji maupun munkar.
Dari Sayyidina Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa “shalat menghentikan dari berbuat dosa (yang sedang dilakukan), dan shalat menjauhkan dari perbuatan dosa (di masa yang akan datang).” Dalam Surat Al-‘Ankabut ayat 45, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”
. إِنَِّ اِلصَّلََةَِ تَِنْهَىِٰ عَِنِِ اِلْفَحْشَاءِِ وَِالْ منْكَرِِ ۞ِ
Maka dari ayat tersebut terdapat hendaknya ada tiga hal dalam shalat yaitu ikhlas, takut kepada Allah SWT, dan dzikrullah. Jika dalam shalat tidak terdapat ketiga hal tersebut maka bukanlah shalat yang sempurna. Ketiga hal di atas tidak hanya dilakukan dalam shalat saja, namun dalam bekerja pun hendaknya kita harus ikhlas dan benar-benar mengerjakan tanggung jawab yang diberikan, bukan malah sibuk dengan urusan pribadi.
Hasil dari pekerjaan yang kita dapatkan nantinya akan diberikan untuk keluarga kita. Maka janganlah berbuat curang, memeras, dan berbohong ketika kita bekerja, pikirkanlah bahwa hal-hal kecil pada diri kita merupakan sesuatu yang penting dan sangat besar dampaknya, baik untuk kita maupun orang-orang di sekitar kita maka bekerjalah dan carilah rezeki dengan cara yang benar.
Pada Shalatlah, Kekuatan Allah (Qudratullah) akan mengalir deras kepada seorang hamba sehingga ia mampu mencegah perbuatan keji dan munkar. Tanpanya, bisa dipastikan seorang hamba tak ‘kan mampu menggerakkan dirinya untuk bisa mencegah perbuatan keji dan munkar.
Semoga Allah SWT melimpahkan kepada kita Qudrah dan Iradah-Nya sehingga kita mampu untuk mencegah segala perbuatan buruk, yakni keji dan munkar, ãmîn yã Rabbal ‘ãlamîn. Untuk itu, marilah kita berdoa sebagai penutup artikel ini:
اللٰ همَِّ أَِعِن ا عَِلَى ذِِكْرِكَِ وَِ شكْرِكَِ وَِ حسْنِِ عِِبَادَتِكَِ
Allãhumma a’innã ‘alã dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibãdatika “Ya Allah, bantulah kami untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu.” Wallãhu A’lamu bish-Shawãb.
(spi/bmbg/lucky)
No comment