77 Tahun Indonesia Merdeka Kwalitas Kepintaran Murid di Desa Dan di Kota Terletak Paktor Pendukung

Pakpak Bharat,sinarpagiindonesia.com – Menelusuri desa dan dusun agak terpencil di Kabupaten Pakpak Bharat dilakukan Sinar Pagi Indonesia dengan tim komite Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat Eben P Manik dan pemerhati pendidikan Kabupaten Dairi dan Pakpak Bharat, Hanafi Munthe.

Kegiatan kami kali ini untuk melihat secara langsung bagaimanakah kemajuan dunia pendidikan di usia 77 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten baru dimekarkan tersebut.

Menuju desa Perpulungen Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat ternyata agak memacu adrenalin.

Sejauh lebih kurang 7 kilometer Infrastruktur jalan yang diaspal menanjak dan menurun lumayan terjal bikin sedikit jantung deg degan dan melintas dengan kenderaan roda empat mesti super hati hati.

Sekitar hampir 2 kiometer mendapatkan dusun yang dituju. Terlihat lumayan banyak murid SMP berjalan kaki dibawah terik mata hari yang lumayan menyengat

Meski keringat menyiram tubuh mereka, dan baju dinas putih biru tua terlihat basah disiram kucuran keringat. wajah mereka memerah dimakan teriknya panas matahari namun langkah tegap kaki mereka terlihat jelas semangat untuk menuntut ilmu dari sekolah demi masa depan yang lebih gemilang.

Bincang bincang SPI, Eben Manik dan Hanafi dengan beberapa guru tenaga pengajar ternyata jumlah murid mereka hanya berkisar 65 murid dan tenaga pengajar disebutkan ada 14 orang

Kepala Sekolah ketika bincang bincang menyebutkan meski jumlah muridnya sedikit tidak menyurutkan tenaga pengajar untuk serius mendidik muridnya.

Dan dikatakan lagi , soal daya tangkap menyerap mata pelajaran muridnya tidak kalah dibanding murid sekolah yg diperkotaan.

“ mungkin bedanya hanya terletak pada pendukungnya aja, lain gak ada”

Hal itu dikatakan Kepala sekolah SMP Negeri 3 Satu Atap Kerajaan Binanga Sitellu Desa Perpulungen Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara, Sehat Banurea, S.Pd saat berbincang bincang dengan SPI baru baru ini

Lebih lanjut dikatakan Sehat Banurea, faktor pendukung yang dimaksud terletak pada perbedaan kesempatan belajar diluar jam belajar di sekolah murid di desa dan di kota.

“ sepulang sekolah murid murid dikota ada kegiatan less. sementara siswa di desa pergi umumnya pergi keladang membantu orangtua, sementara pada malam hari jarang belajar karena badan sudah capek” ujarnya.

soal daya tangkap murid meyerap pelajaran kata Sehat Banurea lumayan ada ditengah. Karena menurutnya guru gak sulit untuk menerangkan pelajaran untuk dicerna murid.

Andai mereka punya kegiatan less belajar sepulang sekolah, Sehat Banurea yakin murid muridnya gak kalah kwalitas dgn murid di kota karena menurutnya, kurikulum belajar tingkat SMP sama semua di seluruh nusantara, sebutnya.

Mengakhiri perbincangan Sehat Banurea berharap di usia Kemerdekaan RI yang ke 77 agar pembangunan tidak hanya bertumpu di kota tapi merata ke dusun dan desa seluruh nusantara seperti menuju dusun Perpulugen tempat lokasi sekolahnya yang mulai rusak.

“ jika infrastruktur jalan baik fasilitas gedung milik pemerintah baik, maka semangat rakyat akan lebih untuk berusaha dengan begitu roda perekonomian akan lancar” harapnya (spi/ginting)

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *